Rabu, 03 Desember 2014

SAPI CIRI KHAS BOYOLALI

Sapi susu atau sapi perah adalah sapi yang dikembangbiakan secara khusus karena kemampuannya dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Sapi susu adalah varietas dari spesies Bos taurus.[1]
Dalam sejarahnya, sapi penghasil susu dan sapi pedaging tidak memiliki perbedaan mencolok, dengan induk yang sama dapat digunakan untuk menghasilkan sapi yang menghasilkan susu (sapi betina) maupun daging (umumnya sapi jantan). Saat ini, pengembang biakan sapi lebih terspesialisasi dengan seleksi buatan untuk mendapatkan sapi varietas khusus yang mampu menghasilkan susu dalam jumlah besar.
Pengelolaan
Sapi susu dapat digembalakan oleh petani maupun dipelihara di dalam kandang secara komersial, dalam usaha peternakan susu. Ukuran peternakan dan jumlah sapi susu dapat bervariasi tergantung luas kepemilikan lahan dan struktur sosial. Di Selandia Baru, jumlah kepemilikan sapi susu rata-rata 375 ekor per peternak.[2] Di Australia, jumlah kepemilikan sapi susu rata-rata adalah 220 ekor per peternak.[3] Di Inggris, terdapat dua juta ekor sapi susu dengan rata-rata kepemilikan 100 ekor.[4] Di Amerika Serikat, jumlah kepemilikan sapi bervariasi antara selusin hingga 15000 ekor.[5] Sedangkan di Indonesia, kepemilikan sapi susu rata-rata hanya 4 ekor per peternak.[6]
Untuk mempertahankan periode laktasi, sapi susu harus beranak. Tergantung kondisi pasar, sapi susu dapat dikawinkan dengan pejantan dari ras yang sama dengan sapi susu dengan harapan untuk mendapatkan betina penghasil susu, atau dengan pejantan sapi pedaging. Jika didapatkan sapi betina penghasil susu yang produktif, dapat dipertahankan untuk dijadikan generasi pengganti sapi susu yang telah tua. Jika didapatkan sapi betina non-produktif atau sapi jantan, maka dapat dijadikan sapi pedaging. Peternak dapat memilih untuk membesarkannya sendiri, atau dijual ke penggemukan sapi. Sapi muda juga dapat disembelih untuk mendapatkan daging sapi muda. Peternak sapi susu umumnya mulai melakukan inseminasi buatan pada sapi betina di usia 13 bulan[7] dengan masa kehamilan sekitar sembilan bulan.[8] Anak sapi yang baru lahir dipisahkan segera dari induknya, umumnya setelah tiga hari karena hubungan antara anak sapi dan induknya dapat bertambah intens seiring dengan berjalannya waktu sehingga pemisahaannya dapat menyebabkan stress bagi induk sapi.[9]
Sapi dapat hidup hingga usia 20 tahun, namun sapi yang dibesarkan untuk diperah jarang sekali dipertahankan hingga usia tersebut, karena ketika sapi perah tidak produktif, akan disembelih.[10][11] Pada tahun 2009, setidaknya 19% stok daging yang disuplai oleh Amerika Serikat berasal dari sapi susu yang tidak produktif.[12] Selain karena tidak lagi produktif, sapi susu yang sudah tua rentan terhadap penyakit seperti mastitis yang dapat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan.[11]
Di India dan Nepal, masyarakat penganut agama Hindu memuja sapi sehingga menyembelihnya dapat dikategorikan sebagai sebuah dosa. Penyembelihan sapi dilarang di sebagian besar India dan menjadi masalah yang dipertentangkan di wilayah yang diizinkan.[13] Sapi susu yang tidak produktif dapat terlihat berkeliaran di jalanan kota dan dibiarkan begitu saja karena mereka akan meninggal karena sakit atau usia lanjut. Beberapa organisasi hindu membangun rumah singgah khusus sapi yang disebut dengan Goshala untuk tempat peristirahatan terakhir.[14]
Nutrisi
Nutrisi berperan penting dalam menjaga kesehatan sapi. Pemberian nutrisi yang tepat dapat meningkatkan produksi dan performa reproduksi sapi.[21] Nutrisi yang dibutuhkan dapat berbeda-beda tergantung pada usia dan tahap pertumbuhan sapi.
Hijauan, terutama rerumputan dan jerami merupakan jenis pakan yang paling banyak digunakan. Serealia seperti barley banyak digunakan sebagai pakan tambahan di berbagai negara beriklim sedang karena merupakan sumber protein, energi, dan serat yang baik.[22]
Pemenuhan kadar lemak pada tumbuh sapi penting dalam menjaga produktivitas susu. Sapi yang terlalu gemuk atau terlalu kurus dapat menimbulkan masalah pada kesehatannya maupun sistem reproduksinya.[23] Pemberian suplemen lemak diketahui dapat menguntungkan masa laktasi sapi. Suplemen lemak yang dimaksud terutama asam oleat yang ditemukan pada minyak kanola, asam palmitat yang ditemukan pada minyak sawit, dan asam linoleat yang ditemukan pada biji kapas, bunga matahari, dan kedelai.[24] Pemberian suplemen lemak yang tepat juga dapat meningkatkan usia harapan hidup sapi.
Pemanfaatan produk samping suatu usaha budi daya tanaman merupakan salah satu cara dalam mengurangi biaya pemberian pakan. Namun jenis pakan yang diberikan tidak bisa sembarangan karena dapat menyebabkan penyakit.[25] Daun jagung, daun kedelai, dan daun singkong dapat dijadikan pakan tambahan bagi sapi, di mana kesemuanya merupakan produk samping pembudidayaan tanaman pertanian. Daun singkong memiliki kandungan protein kasar sebanyak 28.66 persen, lebih tinggi dibandingkan kadar protein rumput gajah yang hanya 13.13 persen.[26]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar